Selasa, 10 Februari 2009

wanita adalah perhiasan terindah

Wanita diciptakan bukan hanya sekedar terdiri dari jasad dan ruh saja. Akan tetapi, ia juga sangat memiliki peran dalam menjalankan proses kehidupan. Seperti menyusui dengan penuh kasih sayang - apabila ia telah menjadi seorang ibu -, menghasilkan kerinduan, mengubah masa kanak-kanak dari alam tak sadar menjadi sebuah kepastian, serta kecerdasan dalam menghidupkan makna-makna kemanusiaan dari segala seginya. Untuk itu, siapa dari para wanita (ibu) yang mendidik anak-anak mereka dengan sesuatu yang tidak pada tempatnya, maka akan menjadikan anak-anak tersebut dari seorang bayi yang bersahaja menjadi seorang yang kejam, dari seorang bayi yang lucu menjadi seorang yang liar dan dari seorang bayi yang murah senyum menjadi seorang yang memiliki watak egois.Artinya, siapa saja dari para ibu yang menjadikannya dalam kejahatan, maka ia akan memaksa untuk membuka rahasia kehidupan ini dengan cara yang tidak dibenarkan (bathil). Sedang siapa yang menabur bunga untuk kecantikannya dan untuk ketenangan serta kesabarannya, maka nantinya akan memetik hasil yang juga sangat menggembirakan. Wanita bukan saja berbentuk badan. Akan tetapi sebelum itu juga melekatkan rasa cinta yang suci, kecantikan, kelembutan, jiwa terdidik dan tempat menggantungkan keturunan. Seandainya ada laki-laki jenius mampu menghidupkan aspek kemanusiaan yang suci di dalam misi menggantikan kedudukan wanita, maka sungguh ia mampu mengantikannya. Namun, hal itu laksana menggantikan kehausan dari air yang bersih dengan tetesan buah dari perasannya. Jika seorang (laki-laki) merasa cukup dengan apa yang ada dari sisi jasmani seorang wanita, niscaya akan menjadi sempit dan pendek pandangan (penilaian)nya terhadap wanita tersebut.Ketika seorang laki-laki terpesona kepada wujud jasad yang disimpulkan melalui bentuk-bentuk kasih sayang dan kecondongan terhadap canda tawanya, maka ia tidak akan mampu meningkatkan persepsinya ketingkatan yang lebih benar. Maha Suci Allah yang telah menciptakan kecantikan.Alloh Subhanahu wa Ta'ala memberikan kelebihan kasih sayang kepada Nabi Muhammad terhadap wanita dan wewangian yang lebih besar dibandingkan lainnya. Sebab, wanita merupakan penghias dan penyejuk di dalam rumah tangga serta sumber keturunan. Alangkah istimewanya wanita ! Sedangkan wewangian dapat memberikan gairah (semangat) bagi jiwa. Adapun dalam shalat terdapat kenikmatan dan kesenangan di dalam rangka bermunajat antara hamba dengan Sang Khaliq. Ini adalah salah satu keadaan yang sangat menyenangkan bagi manusia ("At Taaj Aj Jaami' al Ushul")

wanita RATU rumah tangga

Islam membelenggu wanita! Lihatlah, wanita tidak boleh keluar rumah! Jika keluar, wanita harus menutup tubuhnya! Wanita pun hanya dinilai setengah laki-laki!Benarkah Prasangka Tersebut ?
Saat wanita dalam bencana, Islam datang mengangkat mereka. Ketika wanita tengah di penjara, Islam lah yang membebaskannya. Di saat wanita tidak dijamin hak-haknya, Islam memberikannya. Bahkan hak-hak wanita yang ditetapkan oleh Islam sangat banyak, lebih daripada kewajiban yang dibebankan kepadanya. Berbagai kewajiban yang berat-berat, telah dibebankan kepada laki-laki dan wanita telah dilepaskan dari beban yang berat ini. Meski demikian hak-hak yang diberikan Islam tidaklah mengorbankan fitroh wanita, melainkan dibingkai indah sehingga selaras dengan fitroh yang bersih. Sungguh, tiada aturan yang lebih baik dibandingkan aturan Islam.
Rumah Adalah Istana Kaum Wanita
Di antara keagungan syariat Islam adalah meletakkan sesuatu pada tempatnya, termasuk dalam dunia laki-laki dan wanita. Islam menngatur bahwa laki-laki lah yang bertugas ke luar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya, “Dan hak para istri atas kalian (suami) agar kalian memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang ma’ruf.” (HR. Muslim). Di sisi lain, Islam menempatkan wanita di dalam rumah untuk mengurusi anak, mempersiapkan keperluan suami, serta urusan rumah tangga lainnya. Tugas ini adalah tugas yang sangat mulia. Dari hasil didikan para wanita yang sholihah inilah terlahir generasi Islam yang shalih, tangguh dan taat kepada Alloh. Rasululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan hal ini dalam sabdanya yang mulia, “Dan wanita adalah pemimpin di rumah suaminya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (mutaffaqun alaihi). Demikian juga Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan hendakla kamu tetap di rumah-rumah kalian dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu.“ (Al Ahzab: 33)
Namun hal di atas tidaklah melazimkan wanita dilarang keluar rumah kalau memang ada sebuah keperluan yang harus dikerjakan di luar rumah, tentunya dengan tetap menjaga aturan yang telah ditetapkan Islam ketika wanita keluar rumah.
Islam Menjaga Kehormatan dan Martabat Wanita
Hal ini sangatlah jelas kalau kita mau merenungkan ayat berikut yang artinya: “Dan orang-orang yang menuduh wanita–wanita yang baik–baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka yang menuduh itu delapan puluh kali dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang yang fasik.” (An Nuur: 4). Demikian pula ajaran agama Islam yang lainnya seperti perintah untuk berjilbab, larangan berbicara dengan suara mendayu-dayu, larangan memakai parfum ketika melewati pria, dan sebagainya. Semuanya adalah untuk menjaga kehormatan dan martabat wanita.
Nasehat Ulama Untuk Para Wanita
Syaikh Bin Baaz rohimahulloh mengatakan, “Tinggalnya wanita di rumah untuk mengerjakan tugas kewanitaanya, setelah dia mengerjakan kewajibannya pada Alloh adalah suatu hal yang sesuai dengan fitroh dan kodratnya. Hal ini akan mewujudkan kebaikan bagi pribadinya sendiri, masyarakat maupun generasi yang akan datang. Jika masih punya waktu luang maka bisa digunakan untuk bekerja yang sesuai dengan kodrat kewanitaan seperti mengajar wanita, mengobati dan merawat mereka serta pekerjaan lain yang semisalnya. Ini semua sudah cukup menyibukkan bagi seorang wanita dan akan bisa membantu kaum laki-laki dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Jangan lupa peran Ummahatul Mu’minin, mereka mengajarkan kebaikan (baca: ilmu agama) pada umat ini namun tetap disertai dengan hijab dan tidak bercampur dengan laki-laki…“

Rumah Q suRga q

Setiap orang pasti mendambakan kebahagiaan dalam rumah tangganya. Adakalanya, mereka berpikir kebahagiaan itu diperoleh dengan mengumpulkan materi sebanyak-banyaknya. Kekayaan melimpah diimpikan sebagai puncak kebahagiaan.Kenyataannya, rumah tangga yang mengacu pada materi sebagai sandaran hidupnya, tanpa mengedepankan nilai-nilai agama, ternyata diambang bencana. Buruknya moral suami, istri, atau anak-anak, kegelisahan hidup, kecemasan mendalam, kebenciaan di antara anggota keluarga, bahkan permusuhan dan berbagai permasalahan yang membelit serta tak kunjung padam.Rumah tangga yang harmonis dan bahagia tidaklah bersandar pada materi semata, justru terletak pada sejauh mana peran nilai-nilai agama mendominasi eksistensi rumah tangga itu. Kehidupan rumah tangga Rasulullah SAW yang penuh berkah, ketenteraman, dan kebahagiaan, selayaknya menjadi panutan kaum Muslimin.Semasa hidup Rasulullah SAW tidak pernah memiliki rumah mewah dan harta berlimpah. Bahkan, ketika Umar bin Khathab mengunjungi beliau suatu hari, didapatinya Rasulullah sedang berbaring di atas pelepah daun kurma. Hingga punggung beliau tergores saking kerasnya pelepah daun kurma itu.Tetapi, dari kondisi yang sangat sederhana itu, beliau selalu mengucapkan baiti jannati, rumahku adalah surgaku. Itulah ciri rumah tangga yang dibangun atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT.Dalam rumah tangga Islami, seluruh anggota keluarga memiliki peran dan fungsi yang jelas. Masing-masing mereka menghormati perannya. Suami adalah pemimpin yang berakhlak shodiqul wa'di (selalu menepati janji baik pada Allah SWT maupun masyarakat), dapat menegakkan keadilan dan kasih sayang dalam memimpin keluarga. ''Dan dia menyuruh keluarganya untuk shalat dan menunaikan zakat, dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannya.'' (QS Maryam [19]: 55).Istri berfungsi menaati suami dan bekerja sama dengannya dalam kebajikan dan takwa, sehingga mampu mengayomi keluarga dengan kasih sayangnya yang tulus ikhlas. Anak-anak pun menjadi cahaya mata karena ketaatan dan kesalehan mereka.''Wahai Rabb kami, karuniakanlah kepada kami istri-istri dan anak-anak keturunan kami sebagai cahaya mata (penyenang hati) bagi kami, dan jadikanlah kami imam (pemimpin) bagi orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Furqan [25]: 74).Dengan iman, dia membedakan yang benar dari yang salah. Dengan iman pula ia memahami baik dan buruk untuk kemudian berpihak pada yang baik. Bahkan dengan iman itu, setiap anggota keluarga mampu bersyukur manakala mendapatkan keberuntungan betapapun kecilnya. Rumah tangga yang dibangun dengan landasan keimanan, pada dasarnya telah membangun surga di dunia.